Cimahi – Tokoh Pemuda Karang Taruna RW 15 Cibabat, Kelurahan Cibabat, Kota Cimahi, mengembangkan budidaya tikus putih, ikan lele, dan ikan hias sebagai solusi inovatif untuk mengurangi sampah organik di lingkungan mereka.
Program ini tidak hanya mendukung kebersihan wilayah, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi bagi warga.
Kamsi Suteja dan Didi, tokoh pemuda dari Karang Taruna RW 15 Cibabat, menjelaskan bahwa budidaya tikus putih (Rattus norvegicus) dimulai sebagai upaya memanfaatkan sampah organik, seperti sisa makanan dan limbah sayuran, untuk pakan ternak, Jumat, 18/04/2025.
"Kami mengolah sampah organik menjadi pakan tambahan yang aman dan bergizi untuk tikus putih, sehingga mengurangi volume sampah di lingkungan," ujar Kamsi.
Dengan pelatihan yang sudah didapatkan kelompok ini membangun kandang higienis dan sistem pengolahan sampah organik. Saat ini, mereka menghasilkan 200 ekor tikus putih per bulan, yang dijual ke laboratorium penelitian dan universitas di Jawa Barat.
Keuntungan dari usaha ini dialokasikan untuk kegiatan lingkungan dan pemberdayaan pemuda.
Kamsi dan Didi juga memanfaatkan sampah organik untuk budidaya ikan lele melalui sistem bioflok. Limbah organik, seperti sisa sayuran dan buah, diolah yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme dalam kolam bioflok. "Dengan cara ini, kami mengurangi sampah sekaligus menekan biaya pakan ikan," kata Kamsi
Sistem ini juga membantu menjaga kebersihan lingkungan dengan mengurangi sampah organik yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Budidaya ikan hias, seperti Guppy menjadi bagian dari program ini dengan memanfaatkan air hasil pengolahan untuk kolam. "Kami membuat filter alami, sehingga air kolam tetap jernih dan mendukung pertumbuhan ikan hias," ungkap Kamsi.
Keberhasilan ini tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga mengedukasi warga tentang pentingnya pengelolaan sampah organik.
Dampak Positif bagi Lingkungan dan Komunitas
Program ini melibatkan anggota Karang Taruna, termasuk pemuda dan ibu-ibu rumah tangga, yang bekerja sama mengelola sampah organik dan budidaya.
Menurut data internal RW 15, volume sampah organik yang dibuang ke TPA berkurang hingga 20% sejak program ini berjalan. "Kami bangga bisa menjaga lingkungan tetap bersih sekaligus menciptakan peluang ekonomi," tambah Kamsi.
Ke depan, Kamsi dan tim berencana memperluas fasilitas pengolahan sampah organik dengan teknologi komposter modern untuk meningkatkan efisiensi.
Mereka juga ingin mengembangkan pusat edukasi lingkungan, di mana warga dan pelajar dapat belajar tentang pengelolaan sampah dan budidaya berkelanjutan. "Kami sedang merancang area edukasi dengan kolam ikan hias sebagai daya tarik," ujar Kamsi.
Inisiatif Para pemuda Karang Taruna RW 15 Cibabat ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi komunitas dapat mengatasi masalah lingkungan sekaligus menciptakan manfaat ekonomi.
Keberhasilan mereka diharapkan menginspirasi wilayah lain untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam pengelolaan sampah organik.